PERANG SUKU MINAHASA DAN BOLAANG MANGONDOW

Perang Perang (Tahun 1600)
Ketika orang-orang Bolaang Mongondow di bawah kepemimpinan Ramokian (salah seorang anak dari Rama Polei/Polii) bersama iparnya Panulogon menderita kekalahan dalam perang di Langowan, mereka meminta didatangkan balah bantuan dari Bolaang dan menyerang negeri Kakas dan Toudano sekarang Tondano. Akan tetapi pahlawan-pahlawan dari kedua walak ini yang dipimpin oleh kepala walak Dotu Gerungan dari Toudano dan Dotu Wengkang dari Kakas memukul mundur musuh sampai di Mangket, dekat negeri Makalisung Atas (Makalisung Tondano) yang sekarang (Lebih tepatnya Mangket saat ini masuk pada Wilayah Kecamatan Kombi, Minahasa atau didaerah Tondano Pante/Pantai). Ketika didengar di Remboken tentang serangan atas sesukunya maka kepala walak Tarumetor (anak tiri dari kepala walak Tountemboan , yaitu Kaät) bersama pemimpin-pemimpin yang lain: Kambil, Pakele, Sumojop, Kawengian, Koagow, Sumarauw, Kowaas dan Sendouw berangkat menuju Mangket di mana laskar Bolaang telah membangun kubu-kubu pertahanan berupa "benteng" dan menyerangnya. Di depan pintu benteng Tarumetor menusuk mati Ramokian. Setelah berada dalam benteng mereka menemukan di samping lascar biasa juga Panulogon yang juga mati terbunuh. Pedang Ramokian disimpan di Remboken, Minahasa.[1]

Perang Kedua
Ratuwinangkang (anak Panulogon dari istri Raunpo'ondou) setelah menjadi raja, maka anaknya Ratuwangkang dipilih sebagai Panglima. Kedua-duanya ingin mencaplok tanah Malesung dan memeranginya terus menerus. Gangguan ini membuat "keempat suku di pegunungan" mengikat sumpah untuk bergabung dalam satu kesatuan.

Suku Toutemboan / Tontemboan. Suku Tounsea / Tonsea. Suku Toudano / Tondano, Kakas, dan Remboken. Suku Toumbulu / Tombulu. Menurut Dotulong, ada lima tempat di mana diadakan upacara adat itu, yaitu: 1. Touneroan; 2. Niaranan; 3. Pakewa; 4. Ro'ong-Wangko (Tourikeran=Toudano) dan 5. Di kaki Gunung Wulur-Ma'atus. Dari peristiwa itu, maka lahirlah serikat persatuan suku-suku di Minahasa yang disebut dengan Minaesa yang berarti menjadi satu atau bersatu (dari kata esa= satu). Raja Bolaang-Mongondouw kemudian datang memerangi tanah Malesung dengan lima pasukan: Pasukan pertama dipimpin Ratuwinangkang menyerang Tombulu ; Pasukan kedua dipimpin Ratuwangkang menyerang Tondano , Kakas dan Remboken ; Pasukan ketiga dipimpin Romimpisan menyerang Tontemboan ; Pasukan keempat dipimpin Kuhiting menyerang Tonsea ; Pasukan kelima menyerbu Pulau Lembeh dan Bangka. Raja Bolaang Mongondow harus menelan kekalahan yang pahit. Di mana-mana mereka disambut dengan gagah berani oleh pasukan Minaesa. Pasukan mereka dikalahkan oleh Serikat sehingga tercerai berai. Mereka kemudian melakukan siasat gerilya yang banyak menimbulkan kerugian pada suku-suku di Minahasa . Mereka merampok dan membunuh. Setiap kali melakukan aksinya di wilayah salah satu suku, maka mereka akan bersembunyi di wilayah suku yang lain. Setiap suku di Minahasa menghormati batas-batas wilayahnya, sehingga selalu saja para gerilyawan itu dapat meloloskan diri.[2]

Perang Ketiga (Perang Terakhir)
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh pasukan Bolaang-Mongondouw dalam bergerilya tersebut membuat suku-suku yang telah bersatu "Minaesa = Minahasa" berkeputusan untuk menyerang serentak dan menghancurkan pasukan musuh yang bergerilya. Suku-Suku Minahasa yang telah bersatu dipimpin oleh panglima perang masing-masing walak. Suku Tountemboan (Tounkimbut) yaitu: Koemeang, Porong, Lampas, Waani; Suku Tounsea (Tountewoh) yaitu: Lengkong Wuaya, Ramber; Suku Toundano (Tourikeran) yaitu: Dotu Gerungan; Kakas (Kina'kas) yaitu: Wengkang; Remboken (Rinembok) yaitu: Tarumetor, Pakele, Kambil, Kentur; Suku Toumbulu (Mayesu) yaitu: Pelealu, Wangka, Tekelingan. Peperangan antara Minaesa = Minahasa dan Bolaang Mongondouw berlangsung sangat sengit dan ganas, hingga akhirnya kemenangan didapatkan oleh pasukan-pasukan Minaesa yang dibawah kepemimpinan para panglima perang masing-masing suku. Pasukan Bolaang Mongondouw terdesak

Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar